Permintaan Tinggi, Harga Kopi Arabika Aceh Naik

Illustrasi gambar diambil dari tripwow.tripadvisor.com
Harga biji kopi Arabika kualitas ekspor di sentra produksi Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah, Provinsi Aceh, pada akhir pekan pertama April 2011 kembali merangkak naik. Harga menjadi Rp58.000 hingga Rp59.000/Kg dari sebelumnya Rp56.000/Kg.

Direktur UD. Ketiara (koperasi pengumpul) Kabupaten Aceh Tengah, Rahmah saat dihubungi dari Banda Aceh, Jumat (7/4), mengatakan bahwa permintaan pasar dunia mulai meningkat. Padahal produksi mengalami penurunan, sehingga harga di tingkat eksportir mengalami kenaikan.

Sementara itu, harga kopi Arabika di tingkat petani untuk jenis asalan (biji kopi kering) Rp52.000/Kg, gabah (kopi biji segar digiling dan dijemur) Rp27.000/Kg, dan kopi gelondongan (biji baru dipetik) Rp10.500/Kg.

Kopi gabah tersebut kemudian disortir lagi di tingkat pedagang pengumpul menjadi labu. Dari pengumpul dijual ke toko yang nantinya disortir lagi menjadi kopi asalan yang kadar airnya 15 hingga 20 dan kotoran 15.

Kopi asalan ini kemudian disortir lagi menjadi kopi redi (DPT) siap ekspor yang kadar airnya 14 dan kotoran delapan. "Kopi redi inilah yang kita kirim ke eksportir di Medan," katanya.

Rahmah mengatakan, pihaknya rata-rata mengirim 600 ton kopi setiap bulan ke Medan dan kemudian diekspor. "Hasil produksi kopi Arabika di Aceh Tengah dan Bener Meriah hampir 90% diekspor, namun selama ini melalui Medan," tuturnya.

Data dari Dinas Perdagangan Perindustrian Koperasi dan UKM Provinsi Aceh, realisasi nilai ekspor kopi arabika Aceh selama Januari hingga September 2010 mencapai US $ 19.000.000. Jumlah itu meningkat sebesar 22% dibanding dengan nilai ekspor periode sama tahun sebelumnya.

Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Provinsi Aceh, Nurdin, mengatakan, peningkatan realisasi ekspor kopi Aceh juga terjadi pada volume. Jumlah ekspor selama Januari-September 2010 mencapai 5.000 ton, sedangkan periode sama tahun lalu sekira 4.000 ton.

Peningkatan volume juga dipengaruhi oleh bertambahnya negara tujuan ekspor kopi Aceh. Pada 2010, Portugal, Inggris, Swedia, Australia, dan Italia menjadi negara tujuan ekspor baru, selain Amerika Serikat (AS), Kanada, Meksiko, Selandia Baru, Belgia, Jerman dan Norwegia sudah tercatat sebelumnya.

Kopi arabika Aceh selama ini diekspor melalui pelabuhan Belawan, Sumatera Utara karena pelabuhan di Aceh belum memiliki fasilitas pendukung memadai. Dari 12 negara tujuan ekspor kopi Aceh, AS tercatat menjadi pasar penampung terbesar. Nilai ekspor komoditi itu selama Januari-September 2010 tembus US $ 12.000.000.

Kopi arabika diekspor tersebut merupakan hasil bumi dari dataran tinggi Gayo, Kabupaten Aceh Tengah. Menurut Nurdin, kopi arabika asal Aceh itu diakui memiliki citarasa khas dan terbaik di dunia, sehingga banyak diminati. Luas areal perkebunan kopi Arabika di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah mencapai 83.000 Ha dengan produksi rata-rata 80.000 ton/tahun.
Disunting dari republika.co.id